Events

HAPPY ALL THE TIME

“Bahagia bukan hal yang jauh, sehingga membutuhkan penantian bertahun-tahun. Ia hadir setiap hari, bahkan setiap saat, yang akan segera hilang jika kita tidak segera menangkapnya dan menikmatinya”.
Mimpi, energi kesabaran, dan aksi nyata yang terus menerus terkadang mengikis sebuah elemen hidup kita yang lain, yaitu kebahagiaan. Inilah yang menggelincirkan orang-orang yang berobsesi besar dan bervisi luhur, yaitu kehilangan momen-momen ringan menikmati kebahagiaan.
Misalnya, jika kesuksesan finansial adalah targetnya, maka seseorang hanya akan bahagia saat ia menjadi bilioner. Jika posisi politik adalah visinya, maka saat menjadi walikota, menteri atau presidenlah ia akan bahagia. Atau seseorang baru bahagia saat kekasih yang diharap membalas cinta, pekerjaan yang didamba bisa diraih, dan prestasi akademis bisa diukir.
Menjadikan capaian-capaian visi sebagai satu-satunya kebahagiaan adalah kesalahan fatal. Karena terlalu banyak kisah manusia-manusia ‘berhasil’ mencapai apa yang mereka inginkan, tapi berakhir dalam sebuah ironi kemanusiaan. Ironi, karena penderitaan mereka datang seperti badai justru setelah target-target mereka tercapai.
Howard Hughes mungkin contoh seorang yang memiliki segalanya dalam hidup. Ia adalah salah satu orang terkaya dunia di pertangahan abad 20, pilot handal, sutradara Holywood, dermawan, investor tajam, insinyur cerdas, trend setter fashion lelaki semasanya, dan idola perempuan-perempuan tercantik kelas atas Amerika yang bergantian menjadi pasangannya. Capaian-capaiannya adalah targetan umum yang didamba banyak orang, dan Hughes meraihnya dalam usia yang sangat muda. Namun, satu-satunya yang tidak ia miliki adalah kebahagiaan.
Sepanjang hidupnya ia menderita obsessive compulsive disorder akibat ketakutan berlebihan akan banyak hal. Hughes memiliki semua hal, tapi tidak menikmatinya, dan hal itu semakin akut sehingga di akhir hayatnya ia membiarkan tubuhnya tidak terurus seperti gelandangan.
Marilyn Monroe, Lady Diana, dan Frank Sinatra adalah contoh lain dari 3 orang paling terkenal di zamannya tapi tersiksa dengan popularitasnya. Para penulis biografi Marilyn Monroe mencatat masalah psikologi serius dalam kehidupan Marilyn hingga ia meninggal di usia 36 dan diduga kuat akibat bunuh diri. Lady Diana menggenggam Inggris Raya tapi merasa terpenjara di dalamnya, dan Frank Sinatra menderita depresi berat dan dua kali mencoba bunuh diri di tahun 1953.
Kebahagiaan dan pencapaian visi adalah dua hal yang berbeda. Bahagia bukan hal yang jauh, sehingga membutuhkan penantian bertahun-tahun. Ia hadir setiap hari, bahkan setiap saat, yang akan segera hilang jika kita tidak segera menangkap nya dan menikmatinya.
Bahkan, dalam padatnya aktivitas harian, ada kebahagiaan beberapa menit melihat senyum anak, gurauan istri, nikmatnya suara adzan subuh, lezatnya sarapan pagi, segarnya tubuh setelah mandi, dzikir dalam berkendaraan, ataupun silaturahim saat bersosialisasi di kantor atau sekolah. Kebahagiaan pun berserakan dalam rumitnya urusan akademis, kerasnya kerja lapangan, pengkhianatan rekan bisnis, juga hinaan lawan politik.
Konsep tentang sumber-sumber kebahagiaan sangat beragam. Setiap pakar psikologi membawa perspektif masing-masing. The Grand Study of Harvard Undergraduates selama 75 tahun menyimpulkan bahwa hubungan dan cinta keluarga adalah unsur signifikan kebahagiaan. Psikolog Martin Seligman pun menyebut faktor-faktor yang menentukan kebahagiaan yang ia istilahkan PERMA: Pleasure (kesenangan hidup akibat makan enak, rumah yang bagus, dll), Engagement (rasa puas dalam sebuah aktivitas menantang), Relationship (hubungan sosial), Meaning (nilai kehidupan yang diimani), dan Accomplishment (capaian prestatif). Sonja yubomirsky juga mencoba merangkum makna kebahagiaan dalam bukunya The How of Happiness.
Negara-negara maju pun mulai menggunakan indikator kebahagiaan selain GDP untuk mengevaluasi kondisi masyarakatnya, misalnya Inggris yang mulai memakai Gross National Happiness sejak 2012.
Dalam Islam, Rasulullah pun tidak mengajarkan kita untuk menjalani penderitaan hidup di dunia agar kebahagiaannya ditangguhkan hanya untuk akhirat, tapi justru kebahagiaan di dunia adalah pengantar kebahagiaan di akhirat. Itulah sebabnya kita mengucapkan doa tersebut setiap hari, agar kita terus sadar, bahwa kita bisa memilih menikmati kehidupan, berbahagia, dan tetap tersenyum, dalam situasi serumit apa pun.
Sumber:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02Uj6c8AkAe13d97w6mqiBRf4XnkZgbKsibK9XNF49oDcFBRRjF594gXpd3uQqjfMXl&id=100027546121775&sfnsn=wiwspmo

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terkait

Scroll to Top